Cari Blog Ini

Pasca Gempa dan Tsunami

Banyak kerusakan dapat terjadi setekah gempa bumi berlalu. Ada kalanya, gempa bumi tidak melepaskan semua energinya pada 1 lokasi. Ini dapat menyebabkan getaran-getaran kecil setelah gempa selesai. Keadaan setelah gempa bisa jadi lebih mematikan daripada saat terjadinya gempa. Kerusakan yang lebih parah bisa menyusul. Gempa bumi juga dapat menyebabkan terjadinya gelombang kaut raksasa yang disebut tsunami. Gelombang yang juga dapat ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik ini dipercaya muncul jika lantai samudra ikut bergoyang atau bergerak akibat gempa bumi. Goyangan itu dapat membangkitkan gelombang pasang yang bergerak dengan kecrpatan mencapai 725-800 km / jam dan menempuh jarak ratusan kilometer. Kecepatannya berkurang ketika mencapai perairan dangkal. Namun, ketinggian gelombang meningkat hingga mencapai 15 m, bahkan bisa lebih. Lidah-lidah gelombang raksasa tersebut melintasi garis pantai dan menghancurkan apapun

Lokasi Gempa

Sejumlah tempat di bumi lebih rawan dilanda gempa dibandingkan tempat yang lain. Secara khusus, tenpat-tempat yang kritis ini berada di daerah batas-batas antar lempeng. Gaya akibat pergerakan Lempeng Eurasia, Afrika dan Indo-Australia, contohnya menciptakan daerah rawan gempa yang cenderung menanggung resiko paling berat seperti Potrugal, Iran dan India. Gempa juga dapat muncul di luar daerah perbatasan antar lempeng bumi. Sejumlah gempa disebabkan oleh aktivitas gunung api. Jika batuan cair bergerak ke atas, maka massa yang naik tersebut dapat membuat renggangan pada batuan di sekitarnya dan membangkitkan sejumlah gempa kecil. Gempa-gempa kecil ini dapat didata dan kemudian dimanfaatkan untuk memperkirakan letusan gunung api yang besar. Banyak gempa bumi terjadi wilayah punggung samudra. Jumlahnya sekitar 5 % dari seluruh aktivitas gempa bumi. Gempa-gempa bumi ini diukur oleh para ahli seismologi. Untunglah, gempa-gempa di punggung samudra jarang mencederai manusia karena timbulnya jauh dari daerah permukiman. Gempa bumi yang lebih besar kadang-kadang juga terjadi di tengah-tengah lempeng

Gempa Bumi

Kerak bumi selalu bergerak dan pada saat lempengan kerak saling bertemu terjadilah gaya yang amat besar yang menyebabakan timbulnya tegangan dan energi. Sisi-sisi lempeng bertubrukan, saling menunjam dan kadang-kadang menyebabkan salah satu lempeng terbenam di bawah lempeng yang lain. Terjadilah tegangan dan rengangan. Ketika lempeng tiba-tiba bergerak atau tergelincir pada posisi baru, energi tegangan dapat dilepaskan sehingga menghasilkan gempa bumi. Energi yang timbul dari gempa bumi menyebabkan terjadinya goncangan yang sangat dahsyat, disebut gelombang seismik, yang menggerakkan batuan. Dari hiposentrum, yaitu pusat gempa dengan kedalaman kurang dari 70 km di bawah permukaan, gempa bumi melepaskan gelombang ke segala arah. Titik pada permukaan bumi yang tepat di atas permukaan gempa disebut episentrum. Kerusakan paling parah akibat gempa biasanya terjadi pada daerah ini. Sejumlah gelombang seismik merambat jauh ke bawah permukaan bumi. Sebagian lagi merambat ke zona yang berdekatan dengan permukaan bumi.

Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng merupakan studi dan teori tentang terbentuknya lempeng, pergerakan dan pengaruhnya bagi geografi bumi. Seiring waktu, lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, atau lebih dari itu bertubrukan dan saling menunjam. Dalam semua aktivitas itu, proses tersebut membantu pembentukan rupa permukaan bumi. Batas antra 2 lempeng dikenal sebagai sesar (patahan) atau garis sesar. Biasanya di daerah sesar ini, pada bagian kerak yang lunak atau berada di bawah tekanan yang hebat, terdapat banyak gunung api dan sering terjadi gempa

Teori dan Bukti Hanyutan Benua

Para ahli geologi dan pemburu fosil telah memikirkan gambaran kesamaan susunan batuan dan spesies dari fosil yang ditemukan pada jarak ribuan kilometer antar lempeng. Teori hanyutan benua, atau juga disebut pengapungan benua, pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Jerman, Alfred Wegener (1880-1930) pada tahun 1912. Ia menyatakan bahwa lebih dari 100 juta tahun yang lalu, benua-benua yang kita kenal saat ini merupakan pecahan dari sebuah benua raksasa yang disebut Pangea. Awalnya, pendapat Wegener tidak sepenuhnya diterima. Namun, sejak tahun 1960-an, kemajuan teknologi, termasuk sistem pengukuran dengan laser dan gambar dari satelit, makin mendukung teori ini. Massa-massa kerak bumi ini bergerak dengan laju rata-rata 1-10 cm / tahun. Dalam kurun waktu berjuta-juta tahun, pengapungan tersebut telah membentuk benua-benua seperti yang ada sekarang